Minggu, 29 Agustus 2010

Senat Universitas Kembali Pilih Komaruddin Hidayat


Ruang Diorama, UIN Online – Anggota Senat Universitas kembali memilih Prof Dr Komaruddin Hidayat sebagai Rektor UIN Jakarta masa bakti 2010-2014. Calon incumbent ini terpilih kedua kali setelah mengalahkan dua kandidat pesaingnya, yakni Prof Dr Muhammad Amin Suma dan Prof Dr Abuddin Nata pada pemilihan calon rektor yang digelar di Ruang Diorama, Rabu (25/8). Pemilihan calon rektor dipimpin Prof Dr Yunan Yusuf sebagai ketua dan Prof Dr Ahmad Thib Raya sebagai sekretaris.

Dari 95 anggota senat yang hadir, Komaruddin Hidayat mengantongi 58 suara. Sementara Amin Suma dan Abuddin Nata masing-masing meraup 35 suara dan satu suara. Satu suara sisanya dinyatakan tidak sah karena terdapat dua nama yang dipilih.

Pemilihan calon rektor UIN Jakarta berjalan lancar dan demokratis. Pemilihan dilakukan secara one man one vote atau satu orang satu suara serta diselenggarakan secara tertutup melalui bilik suara. Dari total 100 anggota senat yang memiliki hak pilih, lima di antaranya tidak hadir. Di antara anggota senat yang hadir tampak mantan Rektor UIN Jakarta Prof Dr Azyumardi Azra dan guru besar Fakultas Ushuluddin yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin.

Ketua Panitia Pemilihan Calon Rektor Drs Hamid Sholihin menyatakan, proses penjaringan bakal calon telah dilakukan sebulan lalu melalui penyebaran formulir. Dari sekitar 60 persen anggota senat yang berhak dipilih, hanya tiga yang mengembalikan formulir. Mereka adalah Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta periode 2006-2010), Muhammad Amin Suma (Dekan Fakultas Syariah dan Hukum periode 2010-2014), dan Abuddin Nata (Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah periode 2010-2014). “Hanya tiga nama itu yang siap maju dan dipilih,” katanya.

Guru besar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prof Dr Andi Faisal Bakti yang disebut-sebut bakal ikut meramaikan bursa pencalonan, urung maju beberapa minggu sebelum pemilihan. “Saya terpaksa harus mundur karena situasinya belum memungkinkan,” ujarnya kepada UIN Online, waktu itu.

Menurut Ketua Steering Commitee Prof Dr Amsal Bakhtiar, rektor terpilih selanjutkan akan dikukuhkan melalui Keputusan Presiden yang disampaikan melalui Menteri Agama RI. Sementara masa akhir jabatan definitif rektor berlangsung hingga Desember 2010.

Komaruddin Hidayat lahir di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, 18 Oktober 1953. Ia pernah nyantri di Pesantren Pabelan (1969). Kemudian menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama IAIN Jakarta (1981). Setelah itu, dia melanjutkan ke Middle East University, Ankara, Turki untuk menempuh pendidikan S2 dan S3 (1995). Pernah juga memperoleh beasiswa post-doctorate research di McGill University, Kanada selama satu semester dan di Hartfort Seminary, Connecticut, Amerika Serikat pada program yang sama (1997), serta International Visitor Program (IVP) ke AS (2002).

Aktif di dunia akademik dimulai sebagai Ketua Jurusan Akidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin. Kemudian menjadi Wakil Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) IAIN Jakarta, Direktur Program Pascasarjana UIN Jakarta, dan Rektor UIN Jakarta periode 2006-2010. Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Ditperta Departemen Agama.

Kegiatan lain Mas Komar (demikian rekan-rekan dekatnya menyapa, Red), juga banyak terlibat di bidang sosial dan politik. Antara lain pernah menjadi Direktur Eksekutif Yayasan Wakaf Paramadina (1996-2000), Ketua Panitia Pengawas Pemilu Pusat (2004), dan anggota Dewan Kehormatan Komisi Pemilihan Umum (2009-2014).

Beberapa buku karyanya yang pernah ditulis adalah Tragedi Raja Midas (Paramadina, 1998, Tuhan Begitu Dekat (Paramadina, 2000), Wahyu di Langit dan di Bumi (Paramadina, 2003), Menafsirkan Kehendak Tuhan (Teraju, 2003), dan Psikologi Kematian (Hikmah, 2006). ns

Selasa, 24 Agustus 2010

BEMU DIGUGAT, MAHASISWA BARU CARUT-MARUT



Sungguh miris, prihatin dan sangat khawatir hati ini. Propesa mahasiswa baru tahun 2010 UIN JAKARTA ini mungkin bukan angkatan yang pertama bagi mahasiswa yang baru menginjakan kaki mereka kedunia kampus dengan keadaan BEM, organisasi-organisasi dan segala bentuk jenis partai yang merupakan kendaraan para organisasi baik internal ataupun eksternal dalam keadaan yang yang sangat memanas. Puncaknya ketika para mahasiswa yang memang sebagian besar berasal dari partai kampus yang mengalami kekalahan dan mendapat sanksi karena ditemukan kecurangan yang ditemukan panwaslu ketika Pemira kampus mengadakan demo penggugatan dan permintaan dicabutnya SK BEMU yang sudah mengadakan pengukuhan baru-baru ini. Sungguh sebuah tragedy ketika gugatan mereka ini mereka usung dengan cara berdemo dahulu dibanding secara diplomatis dan dibicarakan baik-baik terlebih dahulu, dan semua ini terjadi ketika mahasiswa baru berdatangan untuk mencari tahu informasi tentang propesa. Tapi apa mau dikata, ketika mereka jauh-jauh datang kekampus untuk mencari informasi, yang mereka dapat ternyata sebuah berita burung dan ketidak-pastian saja. Bayangkan, mereka yang sudah datang jauh-jauh dari luar daerah jabodetabek atau mungkin dari luar pulau jawa yang sengaja datang dan tentu menghabiskan dana yang tidak sedikit, tapi ketika mereka sudah berada dikampus, ternyata mereka dikecewakan dengan informasi propesa yang tidak jelas karena memang BEM universitas yang bertanggung jawab dalam kepanitiaan propesa sedang mengalami penggugatan. Seperti contoh, azis, mahasiswa baru jurusan kesehatan masyarakat yang berasal dari batam. Dia sudah jauh-jauh datang dari pulang perbatasan negeri ini ke kampus hanya untuk mencari tahu informasi tentang propesa dan kepastian tanggalnya, akan tetapi yang dia dapat sebuah info bahwa dia diminta nanti datang lagi saja atau nanti di beri kabar lagi. Busyeeet,,, bayangkan, masa dia disuruh untuk datang lagi? Habis di ongkos cing?! Bahkan dia tidak tahu bahwa mahasiswa baru fakultas dia mewajibkan untuk tinggal di asrama ketika azis sudah membayar uang muka kost-kostan sebesar Rp. 500000. Sungguh sebuah kesia-siaan ketika kabar itu datang. Bahkan ketika dia menanyakan info kebagian kemahasiswaan, dia berkata mendapat berita yang membingungkan, karena sepertinya orang yang melayani informasi itu masih mendapat berita yang masih katanya.
Sungguh miris sekali memang apabila kita melihat keadaan di kampus kita yang seperti ini. Sarat dengan politik yang tidak sehat yang merupakan titipan pihak-pihak yang berkepentingan. Apapun alasan keributan ini memang sungguh tidak pantas dilakukan oleh mahasiswa yang merupakan pilar dari negeri ini. Mahasiswa yang dulu sangat dielu-elukan karena dapat menumbangkan rezim orba, kini tak lain hanya sebagai kerbau yang dicucuk hidungnya dan tempat individu ataupun kelompok yang mempunyai kepentingan buruk.
Kasus ini sungguh tidak pantas dilakukan oleh mahasiswa yang mengaku sebagai anak negeri yang militan, kritis, dan membangun. Kini, para mahasiswa barulah yang menjadi korban dari orang-orang yang membuat kekacauan ini, apapun alasan mereka sungguh tidaklah pantas. Sudahlah, mari kita kembali bergandengan tangan dan bersama meraih kesuksesan, tahun depan, barulah mereka bersaing sehat kembali untuk mendapat amanah ini.
Tulisan ini bukan berarti untuk memprovokasi situasi yang sudah panas menjadi kebakaran. Tapi tulisan ini tak lebih hanya sebuah pernyataan keprihatinan akan keadaan mahasiswa yang sudah kehilangan sifat kritis dan membagunnya. Mungkin cukup sekian, mohon maaf apabila tulisan ini salah atau menyinggung pihak-pihak yang merasa. Tapi demi allah, penulis tidak bermaksud demikian. Wallahu ila aqwamitthariq, wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

HIDUP MAHASISWA!!!

Minggu, 22 Agustus 2010

MAHASIWA RUWED BIKIN MURKA!!!

Melihat judul diatas bukannya tanpa alas an. Akan tetapi benarnya. Proses SG (red: student government) yang diterapkan di kampus seharusnya menjadi suatu tempat dan metode pembelajaran yang tepat! Akan tetapi melihat fenomena sekarang, SG sudah seperti bukan solusi yang tepat lagi. Namun, apakah system ini harus dihapuskan dan diterapkannya system senat?
Menilik dari perilaku budaya mahasiswa sekarang, mungkin setiap system yang akan diterapkan akan sia-sia. Sebenarnya dengan kedewasaan dan menghilangkan budaya mahasiswa sebagai ajang penitipan pihak-pihak yang berkepentingan semuanya akan berjalan dengan penuh keserasian dan ukhuwah.
Banyak mahasiswa sekarang yang salah mengartikan SG ini sehingga mereka lupa bahwa mahasiswa sebagai tonggak atau pilar negeri ini. Ironisnya kini banyak mahasiswa mau jadi kacung-kacung suatu kelompok ataupun individu. MANA SIFAT KRITIS KALIAN MAHASISWA? MANA CITA-CITA KALIAN UNTUK MEMBANGUN NEGERI INI WAHAI MAHASISWA? KENAPA KALIAN SEKARANG HANYA SEBAGAI KACUNG-KACUNG SEPERTI KERBAU YANG DI CUCUK HIDUNGNYA?
Cukuplah SG sebagai sarana kita belajar kedewasaan. Bukan berarti menjadikan kita seorang yang penuh ambisi. Menang / kalah dalam system ini itu merupakan sesuatu yang wajar, dan kita sebagai mahasiswa harus menyikapinya dengan sangat bijak. Bukan kita menjadi melakukan kecurangan, kerusakan, dan menyebar fitnah dimana-mana.
Apakah kalian sadar bahwa kalian telah menjadi contoh yang buruk, apalagi disaat para mahasiswa baru berdatangan dengan kepolosan mereka. Dewasalah, dan mari hancurkan budaya buruk yang tumbuh selama Student government di terapkan.
KEMBALILAH BERSATU SAHABATKU, MAHASISWA!!!

keshalehan fundamental

secara harfiah kita semua telah paham bahwasanya keshalehan merupakan pribadi yang diinginkan oleh umat beragama. Dalam menjalankan keshalehan kita memerlukan pemahaman yang menyangkut keterkaitan antar konsep. Menurut Richard T. Schaefer (1989), nilai yang di dalam bahasa Inggris disebut “Values” adalah :“ collective conceptions of what considered good, desirable, and proper or – bad, undesirable and improper – in culture”. Untuk hubungan antara nilai dengan “praktek” (baca: prilaku) Richard T. Schaefer menyatakan bahwa : “values influence people’s behaviour and serve as criteria for evaluating the actions of others”. Apa yang dikemukakan oleh Schaefer tersebut didasarkan kepada asumsi bahwa “nilai” sudah “internalized”. Sebab pada kenyataannya “nilai” sebagai “considered good …………..”, bisa saja hanya berada dalam tataran pemikiran, kata-kata atau sesuatu yang dianggap normatif belaka, atau “nilai” tersebut kalaupun ada, keberadaannya dalam keadaan “dormant” atau tidur; dan tidak diketahui lagi oleh masyarakat.

Pada zaman sekarang banyak orang dalam sebuah kelompok(organisasi) atau sebagai individu yang secara “pengetahuan” mengenal baik-buruk, namun di dalam kehidupan kesehariannya, hanyalah sisi buruknya saja yang dipraktekan bahkan dengan sengaja terkadang menjadikan “nilai” yang ada mempunyai arti yang multitafsir. Semua orang tahu, bahwa secara “nilai”, korupsi itu dilarang oleh agama dan hukum negara, namun pada kenyataannya orang yang tahu “nilai” korupsi itu salah, tetap saja mempraktekkan korupsi. Dalam konteks ini sebenarnya bisa juga disebutkan bahwa “nilai” yang dipraktekkan untuk korupsi jauh lebih terinternalisasi dibanding dengan “nilai” yang “benar”. Karena “nilai” itu juga merupakan :…….. serve as criteria for evaluating the actions of others” , maka kalau terdapat “nilai-nilai” salah, tetapi secara mayoritas banyak pengikutnya, maka nilai-nilai yang salah itu bisa dianggap benar (di Indonesia korupsi konon sudah dianggap sebagai budaya).

Agar dalam sebuah kelompok(organisasi) atau sebagai individu menjadi lebih baik sebaiknya dalam keseharian mempunyai nilai-nilai moral tinggi dan mampu menjalankan.
1. keshalehan aqidah = Ini merupakan inti dan ruh ketegaran. Untuk memperoleh keshalihan aqidah, seorang muslim harus memiliki keyakinan dapat menjalankan tauhid Rububiyah (tauhid yang mengakui adanya allah), tauhid Uluhiyah (tauhid ibadah, tauhid Al Iradah dan Al Qasdu (keinginan dan tujuan)), Tauhid Asma dan Sifat Artinya, kita menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah menetapkan untuk diri-Nya, serta meniadakan sifat-sifat cacat dan kurang yang telah Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tiadakan dari diri-Nya, dengan tanpa mengubah, meniadakan, menanyakan hakekatnya, dan menyamakan dengan makhluk-Nya. Karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syura: 11). keshalehan aqidah menjadi momentum penting yang mengarahkan otentisitas perjalanan hidup manusia. Nuansa spiritual begitu kental mengiringi perjalanannya dan menjadikannya sebagai modal bagi manusia untuk menjalin kedekatan diri dengan Tuhannya. Sebagai wujud dari dimensi ruhaniah-spiritual, kewajiban melaksanakan salat sebagai bukti realisasi keimanan dan ketakwaan ke hadirat-Nya, guna menjadi landasan hidup agar berjalan lebih otentik. Otentisitas hidup ini perlu ditanamkan kuat-kuat kepada Tuhan, sehingga muncul kesadaran ketuhanan (God consciousness) untuk dijadikan pijakan dalam menyongsong perjalanan hidup ini. Kesadaran ketuhanan inilah yang menjadi pancaran tauhid yang menerangi arah perjalanan hidup manusia dan sekaligus menghilangkan hasrat ketergantungan kepada unsur-unsur lain. Untuk menjaga eksistensi spiritual diperlukan pembersihan batin manusia secara konstan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menanamkan nilai-nilai keimanan yang diperoleh melalui pengalaman spiritual. Kesadaran inilah yang membentuk karakter kesalehan spiritual dalam diri manusia. Fenomena yang berkembang selama ini orang yang secara individual dianggap saleh, ternyata dalam lingkup sosial kemasyarakatan kesalehan tersebut tidak teraktualisasikan. Hal ini terkesan ada jarak yang memisahkan antara kepentingan yang sifatnya individual dan kepentingan sosial. Padahal agama mengajarkan perlunya keseimbangan antara aspek lahiriah dan batiniah, individual dan sosial kemasyarakatan, maupun duniawi dan ukhrawi. Sudah seharusnya kesalehan tersebut menjadi etika personal-individual yang terobjektivikasikan ke dalam dimensi publik yang membentang luas. Manusia yang menangkap kompleksitas spirit dimensi ini, diharapkan mampu merefleksikan kesalehan spiritual yang sifatnya personal-individual ke dalam ruang lingkup kesalehan publik dan sosial. Inilah bentuk ujian yang sebenarnya dalam mengaktualisasikan dimensi kesalehan spiritual ke hadirat Tuhan. Jika kita selama ini secara individu sudah merasa saleh secara spiritual, ujian terpenting justru menerjemahkan kesalehan tersebut ke ruang publik. Jika berhasil, maka akan terwujud keharmonisan antara kehidupan manusia selaku individu maupun sebagai anggota masyarakat dan sekaligus memberi kontribusi positif dalam membentuk keharmonisan hidup bermasyarakat dan bernegara.

2. keshalehan Ibadah = Dalam Islam, ibadah adalah penghubung antara seorang hamba dengan Allah, yang merupakan puncak ketundukan dan kepasrahan total terhadap kebesaran-Nya. Ibadah tidak terbatas dalam bentuk shalat, puasa, zakat dan haji, tapi meliputi seluruh amal dan kegiatan seseorang dalam hidupnya. Seperti disebutkan dalam firman Allah swt, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah RabbulAlamin. ” (QS. Al-An’am : 163). Untuk memperoleh keshalehan dalam ibadah seorang muslim harus menjadikan semua dimensi kehidupannya hanya berorientasi pada keridhaan Allah swt. Secara praktek hal itu dijelaskan oleh Rasulullah SAW, “Engkau beribadah kepada Allah, seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Selain itu ibadah harus dilakukan sepenuh hati dan khusyu’. Rasulullah SAW, menurut Aisyah ra, “bila datang waktu shalat dan kami sedang berbicara, seolah-olah ia tidak mengenal kami dan kami tidak mengenalnya.” Ibadah yang kering dari suasana khusyu’, dan tidak dibarengi dengan niat ikhlash yang kuat, bisa menjadi tidak bernilai di hadapan Allah. “Berapa banyak orang yang melakukan shalat, tapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya selain kelelahan dan kepenatan,” begitu sabda Rasulullah SAW. Keshalihan dalam beribadah juga bisa bermakna, dengan memperbanyak dan meningkatkan hubungan dengan Allah SWT, melalui ragam ibadah sunnah. Sebab melaksanakan ibadah sunnah seperti itu, dalam sebuah hadits qudsi disebutkan, akan menjadi syarat kecintaan Allah pada hamba-Nya. Dan bila Allah sudah cinta pada hamba-Nya, “Maka Aku akan menjadi telinganya yang ia gunakan untuk mendengar. Aku akan menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat. Aku akan menjadi tangannya yang ia gunakan untuk menghela. Aku akan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan bila ia meminta kepada-Ku, pasti Aku akan memberinya. Bila ia meminta perlindungan-Ku, pasti Aku akan melindunginya….” (HR. Muslim).

3. keshalehan akhlak = Keshalihan dalam aspek ini sebenarnya merupakan buah dari keshalihan aqidah dan ibadah. Artinya, keshalihan dalam aqidah dan beribadah otomatis melahirkan keshalihan dalam akhlak dan prilaku. Akhlak yang baik adalah bukti keimanan. Tak ada arti iman tanpa akhlak yang baik. Banyak cara untuk memiliki keshalihan akhlak. Antara lain dengan memelihara diri dari berbagai bentuk syubuhat, atau perkara yang tidak jelas hukum halal dan haramnya. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah saw pernah mengingatkan bahwa kecerobohan dalam melakukan sesuatu yang syubuhat, dapat menggelincirkan pelakunya kepada dosa. “Barangsiapa yang memelihara diri dari syubuhat, berarti ia telah memelihara agama dan kehormatannya,” kata Rasulullah saw. Bentuk lainnya adalah menundukkan pandangan dari segala sesuatu yang diharamkan memandangnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani, Rasulullah saw bersabda, “Tundukkanlah pandangan kalian, dan peliharalah kemaluan kalian. Atau kalau tidak Allah akan memburukkan wajah kalian.” Selain itu, seorang muslim harus berusaha memelihara lidahnya dari berkata yang sia-sia, apalagi yang terlarang. Imam Nawawi berkata, “Ketahuilah, hendaknya setiap orang memelihara lidahnya dari berkata apapun, kecuali perkataan yang jelas maslahatnya. Bahkan jika setelah ditimbang berkata dan diam itu sama saja manfaatnya, sebaiknya dipilih diam daripada berbicara.” Karena, menurut Imam Nawawi, “Banyak perkataan yang dibolehkan lalu berubah menjadi makruh dan haram.” Rasulullah SAW juga bersabda, “Barangsiapa yang banyak bicaranya, akan banyak tergelincirnya. Dan barangsiapa yang banyak tergelincirnya, banyak dosanya. Dan barangsiapa yang banyak dosanya, niscaya nerakalah tempat yang layak untuknya.” (HR. Baihaqi). Termasuk shalih dalam akhlak adalah bersikap sabar dan pemaaf. Perjalanan hidup seseorang, apalagi seorang da’i, kerap dihiasi ujian kesulitan dan penderitaan. Tapi itulah sunnatullah dalam da’wah. Karenanya setiap muslim dianjurkan memiliki sikap sabar dan pemaaf dalam menyikapi berbagai persoalan. Tentang ketinggian nilai sabar dan lemah lembut di hadapan Allah, pernah disabdakan oleh Rasulullah saw, “Sesungguhnya derajat orang pemaaf itu sama dengan derajat orang yang berpuasa dan bangun malam.” Rasulullah juga bersabda, “Apakah kalian ingin kuberitakan dengan sesuatu amal yang akan menjadikan Allah mengangkat seseorang beberapa derajat? Maafkan orang yang berbuat bodoh kepadamu. Memaafkan orang yang mendzalimimu. Memberi orang yang tidak memberimu. Dan menyambung hubungan orang yang memutuskan hubungan denganmu,”

4. keshalihan keluarga = Tingkat keshalihan secara pribadi, harus tercermin pada keshalihan keluarga. Karena keluarga Islam, dibangun di atas amanah Allah yang akan dimintakan tanggung jawabnya di akhirat. Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Di sana ada malaikat yang kasar dan keras yang tidak akan mengelak perintah Allah kepada mereka dan mereka melakukan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim : 6). Dan karena keluarga adalah miniatur masyarakat, maka keshalihan keluarga pasti berdampak pada keshalihan masyarakat. Keshalihan dalam keluarga sangat bergantung pada keshalihan individunya, terutama suami sebagai kepala rumah tangga. Untuk memperoleh keshalihan dalam berkeluarga, sejak awal seorang muslim harus menjadikan motivasinya berkeluarga adalah dalam kerangka taat kepada Allah swt, menjaga pandangan dan memelihara kehormatannya. Bila ini dilakukan, maka Allah SWT akan menjamin kebutuhannya. Seperti sabda Rasulullah saw, “Ada tiga golongan yang Allah berhak menolong mereka. Mujahid fi sabilillah, orang yang berhutang yang ingin membayar hutangnya, dan orang yang menikah untuk memelihara kehormatannya.” (HR. Turmudzi).

Selain hal-hal di atas, masih banyak kiat-kiat lain untuk memperoleh keshalihan. Untuk hal-hal yang sifatnya sangat teknis, bisa jadi setiap orang punya kebiasaan masing-masing. Sebagaimana setiap orang -bila ia mau jujur–pasti tahu kapan saat-saat keshalihannya sedang goncang dan dengan apa ia bisa disembuhkan. Semoga Allah Swt memudahkan kita untuk mencapai derajat keshalehan di atas.

PMII KAPUAS PERLU KADERISASI

Berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bukan dalam waktu yang ditentukan, akan tetapi PMII berdiri untuk waktu yang berkelanjutan. Kalau dilihat dari umur, PMII menjadi organisasi sudah sangat dewasa, namun kedewasaan yang kini dirasa baik pendiri, alumni dan bahkan kadernya sendiri belum benar-benar mencerminkan sebagai organisasi pengkaderan yang memiliki arah jelas terhadap perjuangan Bangsa. Hal ini dapat dilihat dari minimnya warga PMII yang mampu berbicara pada panggung-panggung politik kebijakan pemerintah. Ini merupakan imbas dari pendistribusian kader yang tidak jelas. Kalaupun harus ditanyakan kepada setiap individu yang menyandang sebutan warga pergerakan tentu tidak sedikit yang akan menghindar dari kenyataan ini dan tak jarang justeru malah saling menyalahkan.

PMII sebagai organisasi pengkaderan, memiliki atur cara pengkaderan yang sudah sangat baik mulai dari MAPABA, PKD, PKL serta pelatihaan-pelatihan lainnya yang pada intinya memberikan pencerdasan terhadap kader. Hal yang sangat miris pada hari ini khususnya PMII Kabupaten Kapuas, yang secara stuktural sudah memiliki struktur yang sempurna mulai PC, dan Komisariat hingga Rayon, yang seharusnya garis koordinasi ini bisa berjalan dengan baik, tapi sadar atau tidak justeru sebaliknya tidak ada sebuah intruksi yang jelas dari masing-masing tingkatan. Dimana semua masih menggunakan system borongan dan disinilah sering terjadi ketumpangtindihan job discripton. Seharusnya ditiap-tiap level struktural baik PC dan Komisariat serta Rayon tahu dan sadar akan TUPOKSI-nya dan bisa menjalankan sebagai komitmen perjuangan PMII.

Kondisi kader pada saat ini mungkin juga merupakan salah satu imbas dari main comot,egoisme ketua yang ingin menang sendiri dan hal yang sering terjadi dan bahkan dapat dikatakan merupakan kader selalu menjadi masalah klasik disetiap pergantian kepengurusan. Melihat kondisi ini, PMII sebagai organisasi pengkaderan tentunya menjadi analisa kedepan bagaimana PMII mampu memenuhi kebutuhan SDM organisasi yang sesuai dengan amanah dan kebutuhan organisasi. Hal yang memang harus segara dibenahi adalah system pendampingan (kadang terlupakan) terhadap kader sebagaimana tujuan dari pengkaderan di PMII. Jadi tidak serta merta seusai digelar acara pengkaderan lantas kader diterlantarkan, artinya harus ada follow up yang jelas dan berkelanjutan. Setidaknya kader bisa diarahkan menurut potensi yang dimiliki. Sehingga kader tidak merasa dibohongi dan hengkang dari PMII.

Sudah saatnya selaku kader pergerakan kita mulai menata kembali Renstra gerakan sebagaimana tuntutan jaman yang semakin tidak mengenal lawan-kawan dan serba bebas. Agar PMII di Bengkulu tidak terlindas roda perputan dunia. Banyak yang meski kita lakukan baik baik di internal maupun eksternal organisasi masih sangat membutuhkan injeksi baik dari senior atau siapapun yang masih punya kepedulian terhadap PMII. Kita selaku warga PMII jika hari kemarin kita berfikir organisasi asal jalan dan terkesan organisasi hanya sebagai tempat rame-rame dan cari keuntungan serta seremonial kader, oleh karena itu sekarang... dan yang jelas kita meski berbuat yang terbaik untuk membangun PMII Kabupaten Kapuas.

Mars PMII



Pencipta Lagu: Sahabat Shaimoery WS.
Syair: Sahabat H. Mahbub Djunaedi
Penggunaan: Mars PMII dilantunkan pada pembukaan acara resmi organisasi, baik bersifat intern maupun ekstern atau umum. Mars PMII dilantunkan secara bersama-sama dengan berdiri tegak, khidmat dan penuh semangat.

Mars PMII

Inilah kami wahai Indonesia
Satu barisan dan satu cita
Pembela bangsa penegak agama
Tangan terkepal dan maju ke muka
Habislah sudah masa yang suram
Selesai sudah derita yang lama
Bangsa yang jaya Islam yang benar
Bangun tersentak dari bumiku subur

Denganmu PMII pergerakanku
Ilmu dan bakti kuberikan
Adil dan makmur kuperjuangkan
Untukmu satu tanah airku
Untukmu satu keyakinanku
Inilah kami wahai Indonesia
Satu angkatan dan satu jiwa
Putera bangsa bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju ke muka

Jumat, 20 Agustus 2010

ISLAM NYAMPE DI AMERIKA SEBELUM COLUMBUS

السلام عليكم . بِسْــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم.لا إله إلاَّ الله.محمد رسو ل الله
الحمد لله رب العا لمين. الصلاة و السلام على رسو ل الله.اما بعد

Jika Anda mengunjungi Washington DC, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.

Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.

Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.

Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.

Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.

Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.

Klik pada gambar untuk copy paste gambar lebih jelas untuk disebarkan... ^_^

Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah (*)

Bagaimana bisa Kepala suku Indian Cheeroke itu muslim?

Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.

Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.


Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).

Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.

Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.


Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.

Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).

Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.

Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.

Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.

Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.

Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.

Sequoyah, also known as George Gist Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.

Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

Dan mengapa hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal sebagai penemu benua amerika? Karena saat terjadi pengusiran kaum yahudi dari spanyol sebanyak 300.000 orang yahudi oleh raja Ferdinand yang Kristen, kemudian orang-orang yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita ‘penemuan benua Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol.

Pelayaran Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si raja mobil Amerika itu.

Maka tampak ada ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika. Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.