Senin, 10 November 2008

BALI BLAST II

BALI BLAST IIDestruksi Bom Bali BALI dihancurkan lagi. Penghancuran yang mengerikan dan jahanam lewat peledakan bom yang amat destruktif (1/10). Puluhan manusia menemui ajal. Padahal, dukacita tiga tahun lalu, sungguh belum usai. Siapa yang bisa menghapus kepiluan dengan 210 manusia kehilangan nyawa dalam seketika? Kita mengutuk aksi destruksi terhadap kemanusiaan itu. Destruksi yang dilakukan di tengah kehidupan bangsa yang sulit akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang amat tinggi. Yang juga menjadi kian melukai kita semua, pengeboman itu dilakukan menjelang bulan Ramadan. Bulan ketika umat muslim hendak bersiap diri untuk menyucikan jiwa dengan melaksanakan ibadah puasa. Dalam perspektif kehidupan bernegara, para pelaku pengeboman sekurang-kurangnya telah menjadi musuh kemanusiaan, kebangsaan, dan keagamaan. Karena itu pula, bagi kita yang mencintai kemanusiaan dan percaya terhadap nilai luhur agama, terorisme harus menjadi musuh bersama. Jangan ada keraguan sedikit pun bahwa jalan kekerasan punya ruang pembenaran. Bom Bali kian menegaskan bahwa dalam keadaan apa pun, keamanan negara tidak boleh lengah. Terlebih di Bali, wilayah yang secara kultural menjadi etalase Indonesia. Rupanya wilayah yang mendapat sanjungan 'surga bagi wisatawan' itu kini menjadi target utama para teroris. Menjadi jelas, negara tidak boleh sedikit pun punya perasaan para pencinta kejahatan akan melakukan jeda untuk tidak membunuh. Bom Bali yang selalu memanfaatkan momentum bulan Oktober, sungguh sebuah aksi kejahatan yang amat terencana dan penuh perhitungan. Dan, lagi-lagi, sistem keamanan negara kita tidak mampu menangkalnya. Bom Bali yang pertama, memang telah menjadi contoh kesigapan polisi dalam memburu para pelakunya, tapi tidak pada penangkalannya. Padahal, kejahatan juga punya kader yang setia. Boleh jadi Azahari dan Noordin M Top, otak berbagai pengeboman di Republik ini, memang guru kejahatan yang piawai. Menghadapi hal seperti itu, para aparat intelijen kita sungguh harus bekerja ekstra keras. Sebab, rencana kejahatan para teroris makin rapi dan cermat. Sementara deteksi negara terbukti kian tertinggal di belakang. Kita akan merasa lega jika para pelaku bom Bali yang kedua ini juga segera ditangkap dan diadili. Akan tetapi, bangsa ini akan lebih merasa sangat aman jika orang-orang biadab kian tidak punya ruang untuk menjalankan aksinya. Sumber : http://www.mediaindo.co.id/
");
//]]>-->



BP- 10-02-2005
Tragedi Jimbaran, Kuta, Diduga Kuat Bom Bunuh Diri I DENPASAR--MIOL: Munculnya kasus pengeboman di dua lokasi, Jimbaran dan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu malam (1/10), diduga dilakukan kelompok garis keras dengan cara bom bunuh diri. "Jadi, ada dugaan bom bunuh diri pada tiga titik ledakan di dua lokasi tersebut," kata Kapolda Bali Irjen Pol Made Mangku Pastika, di Denpasar, Minggu malam. Di sela-sela kegiatan mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan peninjauan secara khusus terhadap pasien luka bakar di RSUP Sanglah, Pastika menyatakan, kuat dugaan ke arah bom bunuh diri. "Dugaan sementara ya..seperti itu. Namun untuk lebih jelasnya, masih harus dilakukan penyelidikan lebih lanjut," ucapnya. Dihubungkan dengan ledakan muncul di tiga titik di dua lokasi, Kapolda menyebutkan, pembawa bom yang nekat bunuh diri itupun tampaknya juga tiga orang. "Jadi kayaknya tiga orang nekat bawa bom, kemudian masing-masing meledakkannya di lokasi yang telah ditentukan," ujarnya menambahkan. Presiden dan rombongan yang tiba pukul 18.55 di RSUP Sanglah, baru pada jam 19.30 Wita tampak meninggalkan rumah sakit terbesar di Pulau Dewata itu. Kepada Direktur RSUP Sanglah, Presiden berpesan agar mampu merawat semua pasien dengan sebaik-baiknya. "Rawat para korban dengan sebaik-baiknya," katanya menekankan. Ketika dicegat wartawan, Presiden tidak bersedia berkomentar tentang munculnya kasus bom Bali II di dua lokasi di Jimbaran dan Kuta pada Sabtu (1/10) malam itu. Hingga Minggu petang, ledakan di empat titik di dua lokasi tersebut, tercatat telah menelan 26 korban tewas, dan 122 lainnya mengalami luka-luka berat dan ringan. Indikasi bom bunuh diri, juga berdasarkan fakta sebagian besar korban di Jimbaran --pengunjung kafe sea food-- umumnya luka-luka akibat pecahan logam dan kaca maupun benda lain dari ledakan pada bagian leher dan bagian belakang tubuh. (Ant/OL-03)

BP- 10-02-2005
Pers AS Angkat Isu Kelompok Garis Keras Agama Tertentu di Balik Bom Bali II NEW YORK--MIOL: Pers Amerika Serikat langsung mengangkat isu kelompok garis keras agama tertentu seputar perberitaan tentang peristiwa serangan bom yang kembali terjadi Bali. Berita serangan bom yang menewaskan 25 orang dan mencederai ratusan orang, termasuk turis asing tersebut menempati halaman utama surat-surat kabar terkemuka di AS seperti The New York Times, Boston Globe, The Washington Post, dan Los Angeles Times, Minggu (2/10). Sejauh ini Pemerintah Indonesia belum memberi pernyataan resmi mengenai pelaku pemboman di kawasan wisata tersebut. Namun spekulasi mulai muncul terutama mengingat waktu dan lokasi yang tidak jauh dari peristiwa 13 Oktober 2002, serta adanya kecurigaan mengenai bom bunuh diri. "Pihak berwenang tidak mau berspekulasi mengenai siapa di belakang serangan itu, namun kecurigaan segera tertuju pada Jemaah Islamiyah, kelompok Islam radikal di Indonesia yang berada di balik sejumlah serangan lainnya, termasuk di Bali tahun 2002," tulis The New York Times edisi Minggu di halaman depannya. The New York Times juga menguraikan kembali peristiwa ledakan bom di Bali tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang dan kini para pelakunya sudah diadili. The Washington Post, dengan bersumber dari pihak berwenang yang tidak disebut namanya, juga mengangkat kecurigaan terhadap jaringan yang terkait dengan Al-Qaeda. "Dua serangan bom yang hampir bersamaan, yang menurut sejumlah penyelidik dilakukan oleh kelompok terkait pada Al Qaeda, menyerang restoran yang terkenal dengan hidangan lautnya di kawasan pantai Jimbaran," tulis The Washington Post. Los Angeles Times juga mengangkat isu Islam radikal seputar peristiwa serangan teroris yang tejadi untuk kedua kalinya di Bali tersebut. "Pihak berwenang menyebut itu serangan bom teroris, dan kecurigaan segera jauh pada Jemaah Islamiyah, kelompok ekstrimis Islam terkait dengan Al Qaeda yang bertanggungjawab atas peristiwa di Kuta tiga tahun lalu," tulis Los Angeles Times. Sementara itu kalangan Muslim di AS juga menyesali terjadinya peristiwa bom di Bali tersebut. "Saya ingin mengingatkan komunitas internasional bahwa Islam tidak mentolerir aksi teroris untuk tujuan apapun," kata SYamsi Ali, Imam pada Islamic Center of New York. Ulama asal Indonesia yang juga sebagai Direktur Jamaica Muslim Center New York itu juga menyesali kecenderungan bahwa setiap ada perisiwa terorisme langsung dikaitkan dengan kelompok Islam, padahal belum ada bukti kongkrit. (Ant/OL-1)

BP- 10-02-2005
Ngruki Tak Kenali Pengebom TIGA POTONGAN KEPALA : DENPASAR - Polisi memastikan bom yang meledak di kawasan wisata Kuta dan Jimbaran Sabtu malam lalu merupakan bom bunuh diri (suicide bombing). Ini setelah polisi menemukan tiga potongan kepala yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri tersebut. Mereka berusia 20 sampai 30 tahun. Kapolda Bali Irjen Pol Made Mangku Pastika menunjukkan foto mereka dalam jumpa pers di Hotel Inna Bali Beach tadi malam. Wajah ketiga pengebom bunuh diri itu tidak rusak sehingga bisa dikenali. Meski begitu, Kapolda mengaku belum mengenali identitas mereka. Saat ini, polisi berusaha menemukan identitas mereka. Tadi malam, sampel tubuh mereka diambil untuk pemeriksaan DNA. Dihubungi secara terpisah, Ketua Front Perlawanan Penculikan Solo Chalid Muhammad mengakui tidak mengenali ketiga wajah yang diakui polisi sebagai pelaku bom bunuh diri itu. Dia mengatakan juga sudah mengecek ke Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Solo, beserta link-nya. Hingga tadi malam, Chalid memastikan tidak ada yang mengenali wajah ketiganya. "Pokoknya, mereka bukan orang Ngruki," kata Chalid yang selama ini aktif membela aktivis Islam yang diculik di sekitar Solo. Kapolda Bali yakin bom yang menewaskan 22 orang itu merupakan bom bunuh diri karena dua alasan. Pertama, polisi menemukan potongan-potongan tubuh yang tercerai-berai di tiga lokasi berbeda. Yaitu, di Raja’s Bar & Restaurant di Kuta Square, serta di Kafe Nyoman dan Kafe Menege di Jimbaran. "Masing-masing potongan kepala itu ditemukan di tiga lokasi ledakan tersebut," kata Pastika. Potongan kepala itu terpisah jauh dari potongan tubuhnya yang lain. Kepala dan kakinya terlepas, sedangkan badan tercerai-berai dan menempel ke mana-mana. Bahkan, ditemukan potongan kepala dengan jarak 25 meter dari sumber ledakan di Jimbaran. Kedua, polisi menemukan barang bukti materi yang diduga digunakan untuk membawa bom di lokasi ledakan. Misalnya, jaket dan tas. "Dengan dua bukti ini, saya yakin suicide bombing," tegas mantan ketua tim penyelidikan bom Bali I itu. Selain itu, menurut Pastika, rekaman video amatir sempat menangkap gambar seorang pemuda berada di Raja’s Bar & Restaurant beberapa detik sebelum ledakan. Pemuda yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri itu mengenakan kaus hitam dan celana jins. Dia terlihat berjalan sambil menggendong tas punggung. Tak lama setelah dia berada di Raja’s, terjadi ledakan bom. Kepala dan bagian tubuh pembawa bom itu terpisah dan terlempar jauh dari titik ledakan. Kapolda menduga, sedikitnya tiga pelaku lainnya berhasil lolos. "Ada pelaku lain yang berperan merencanakan, membuat bom, dan mengatur," tambahnya Kapolda memperkirakan, setiap pengebom bunuh diri membawa bahan bom yang beratnya tak kurang dari 10 kilogram. Sementara polisi baru menemukan bahan jenis TNT di lokasi peledakan. "Bahan-bahan lainnya sedang diselidiki," katanya. Polisi juga menemukan besi-besi kecil (gotri) berserakan dan menempel di tubuh ketiga pelaku bom bunuh diri. Ketika ditanya bagaimana TNT bisa masuk ke Bali, Kapolda mengatakan bisa saja. Alasannya, Bali merupakan pulau yang panjang. Bisa saja TNT itu masuk lewat Gilimanuk. "Sebab, tidak mungkin polisi menggeledah setiap orang," tegasnya. Kapolda menduga, bom tersebut masuk Bali sudah dalam bentuk jadi. Apakah ketiga pengebom itu tidak masuk daftar buron polisi? Kapolda mengaku tidak mempunyai informasi tentang mereka. Pada bagian lain, Kapolda juga mengklarifikasi jumlah ledakan. Kapolda menyatakan, jumlahnya bukan lima, tapi tiga ledakan. Kapoda juga membantah jumlah korban tewas. "Yang benar, korban tewas 22 orang," jelas jenderal polisi bintang dua itu. Kalau ada 25 orang, lanjut Kapolda, itu kekeliruan. Sebab, yang dihitung kantong-kantong mayatnya. Ternyata, setelah dihitung ulang, ada kantong yang hanya berisi kepala. Ada juga yang berisi satu kaki. Dan, ada yang hanya berisi satu tangan. Di antara 22 korban tewas, 13 orang adalah warga Indonesia. Sebanyak 19 jenazah tampak utuh. Tapi, lima di antara jenazah itu belum bisa diidentifikasi. Mereka diduga warga negara asing. Tiga jenazah lainnya, yang diduga pelaku bom bunuh diri, tercerai berai bagian tubuhnya. Dari 22 korban tewas itu, dua orang tewas di Raja’s dan 20 lainnya di Jimbaran. "Tapi, belum tahu berapa yang tewas di Kafe Nyoman dan berapa di Kafe Menege," katanya. (sup)

BP- 10-02-2005
Mungkin Indonesia sudah harus menerapkan suatu paham "SEMUA RAKYAT ADALAH TENTARA" seperti di ISRAEL atau di CHINA dan beberapa negara lain. Semua orang bisa jadi intelegent, kalo ada orang yg mencurigakan maka orang itu bisa segera melapor ke badan berwenang. Di Israel semua rakyat diperbolehkan 'mencurigai' siapapun yang dianggap membahayakan/ siapapun yang kira2 diduga terorist. Misalnya, kalo orang yang bawa-bawa tas gede, ia bisa diperbolehkan/diminta untuk membuka tasnya oleh orang lain dan di cek.... (ya maap maap aja, gue curiga ama loe....) dan ini dilegalkan secara hukum. Mungkin ada benernya juga diterapkan hukum ini. Ada banyak bukti, misalnya saja BOM yang di London itu juga dibawa dengan tas rangsel gede. Bom di HAIVA juga di hand-carry pake tas rangsel. Setiap orang tentara, setiap orang intelegent. Setiap rakyat menjadi informan. Jadi rakyat ikut proaktif pada 'perang terhadap terorisme', dan tidak hanya mengandalkan pada aparat. Sistem ini sebenarnya umum diterapkan, bahkan kalo melihat website DepHanKam RI, memang itulah yang sedang digodok Menhankam RI sekarang Juwono Sudarsono. Sistem ini juga berlaku di Swiss (negara tanpa tentara aktif), Singapura, Korsel dll. Tapi, ada 'bugs'nya juga. Di Amerika, bila Hankamrata ini termasuk wajib militer and diprotes. Di singapore, swiss dan korsel, tidak. Dulu jaman negara eropa timur, semua menerapkan hankamrata ini dan malah tiap anggota keluarga dipaksa untuk menjadi mata-mata untuk mengawasi anggota keluarga lainnya. Rumania, Jerman Timur, kasusnya menjadi begitu banyak sehingga tiap orang bahkan tidak percaya dengan anggota keluarga lainnya.

BP- 10-03-2005
Bali Post: Enam Pelaku Bom Bali II Denpasar (Bali Post) - Bali Post/afp DIDUGA PELAKU - Foto potongan kepala korban bom di Kuta dan Jimbaran. Mereka diduga sebagai pelaku bom bunuh diri. Kasus bom Bali II mulai menemukan titik terang. Diduga enam pelaku terlibat dalam peledakan di dua tempat; Kuta dan Jimbaran. Tiga dari enam pelaku itu tewas di TKP. Diduga mereka menjadi eksekutor dalam bom bunuh diri tersebut. Demikian dijelaskan Kapolda Bali Mangku Pastika ketika mendampingi Presiden Yudhoyono saat menggelar jumpa pers, Minggu (2/10) kemarin. Kata Mangku Pastika, bahan peledak yang digunakan adalah TNT dengan high explosive. Diduga bom seberat 10 kg ini dirakit di luar Bali. Tiga yang masih dikejar bertindak sebagai pengatur ledakan. Mereka diduga berada di luar lokasi ledakan, namun masih dalam jarak yang bisa memantau eksekutor. Presiden Yudhoyono menyampaikan belasungkawa terhadap masyarakat Bali dan mengutuk tindakan tersebut. Kata Yudhoyono, ledakan bom di Kuta dan Jimbaran tidak saja membuat Bali sedih, juga merupakan musibah nasional dan mencoreng citra Indonesia. ''Pemerintah segera mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan masa depan bangsa,'' katanya, Minggu kemarin sore. Pemerintah mengambil tiga langkah penting dalam menata Bali pascaledakan bom di Kuta Square dan Jimbaran. Pertama, memberi pelayanan medis dan membantu para korban yang masih terbaring di rumah sakit. Korban luka-luka harus mendapat pelayanan yang profesional. Kedua, melakukan penyidikan yang cepat dan Polri diharapkan segera mengungkap dan menangkap teroris yang meledakkan bom di Bali. ''Langkah ketiga, meningkatkan pengawasan di tempat-tempat wisata di Bali,'' tambahnya. Tiga Pelaku Tewas Kapolri Jenderal Pol. Sutanto yang dicegat wartawan di Inna Natour Kuta menyatakan tiga pelaku kasus bom di Kuta Square dan Jimbaran tewas di TKP. ''Tiga tersangka sudah tewas, bersamaan dengan ledakan bom di TKP,'' katanya seraya bergegas masuk mobil. Didesak kelompok mana yang terlibat, Irjen Pastika menduga paling tidak ada enam pelaku yang kini tengah diburu polisi. Mereka itu yang merancang pengeboman dan menentukan tempat yang dijadikan sasaran. ''Sudah direncanakan dan sedikitnya melibatkan enam pelaku,'' ucapnya. Yudhoyono juga mengatakan situasi keamanan Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, khususnya Bali. Kejadian ini sangat mengganggu stabilitas keamanan Bali. Ia pun minta dukungan kepada masyarakat luas, kerja sama dengan negara sahabat, meningkatkan hubungan bilateral. (tm BP)

Tidak ada komentar: